Bermimpilah
Setinggi Langit, Apabila Kamu Jatuh Maka Kamu Akan Jatuh Di Antara
Bintang-Bintang
Mimpi
dan usaha adalah dua komponen penting dalam menjalani kehidupan riil yang
berkualitas. Bermimpi tanpa usaha sama saja kita hidup dalam khayalan semu.
Usaha tanpa mimpi akan membuat kehidupan kita berjalan datar dan tanpa makna. Sangat
banyak sekali orang yang hanya mau bermimpi tanpa mau berusaha. Padahal jika
kita mampu bermimpi, berarti kita harus mampu meraihnya. Tidak sedikit pula
orang yang berusaha keras namun tidak berpatokan kepada mimpi, sehingga
hidupnya cenderung stagnan.
Pada
kesempatan ini, saya akan berbagi cerita ketika mimpi dan usaha berkolaborasi
menciptakan sebuah pencapaian hebat, yakni ketika mimpi itu mampu terwujud,
bahkan melebihi ekspektasi awal. Sebuah kesempatan untuk belajar ke luar
negeri, bersama dengan anak-anak muda hebat Indonesia, melalui program beasiswa
Study of United States Institutes for Student Leaders on Religious Pluralism
and Democracy in America, yang biasa kami singkat SUSI RPA.
Saya
berasal dari keluarga yang sederhana. Masa kecil saya habiskan di salah satu
perkampungan di sudut kota Palangka Raya. Kebakaran hebat pernah melanda
perkampungan tersebut pada tahun 2000, sehingga memaksa saya dan keluarga
pindah rumah ke tempat lain. Saya bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah milik swasta. Kemudian saya melanjutkan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Palangka Raya. Sekarang saya tercatat sebagai mahasiswa
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya, fakultas Syariah jurusan
hukum perdata Islam atau AHS.
Awalnya
saya memiliki mimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah atau
Jepang. Tidak pernah terbersit sedikitpun mimpi bisa belajar di Amerika maupun
negara barat lainnya. Saya juga tidak terlalu menyukai pelajaran Bahasa Inggris
yang diajarkan di bangku formal baik sekolah maupun perkuliahan. Meskipun
begitu, saya sangat suka membaca buku berbahasa Inggris dan memainkan game dengan
genre Role Playing Game (RPG) yang menuntut pemahaman terhadap bahasa Inggris. Selain
itu, saya juga cukup suka belajar bahasa asing secara otodidak selain bahasa Inggris, seperti
bahasa Arab, Perancis dan Jepang,
meskipun tidak sampai menguasai bahasa-bahasa tersebut secara sempurna.
Pada
masa-masa awal kuliah, saya tidak banyak mengetahui tentang peluang-peluang scholarship
atau student exchange ke luar negeri. Saya hanya fokus pada akademik
saya dan sisanya dengan menghabiskan waktu aktif di organisasi kampus. Bahkan saking
gilanya saya berorganisasi, pernah dalam satu waktu saya aktif di 6 organisasi
baik internal maupun eksternal kampus. Pengalaman di berbagai organisasi dan
kegiatan meningkatkan leadership skill dan teamwork saya, dan ini
akan sangat berguna ketika saya mengikuti program SUSI RPA di luar negeri.
Namun kesibukan saya tersebut sama sekali tidak mengganggu perkuliahan. Saya
dua kali pernah meraih Indeks Prestasi Semester 4,0.
Saya
selalu memotivasi diri untuk selalu menjadi yang terbaik dimanapun dan apapun
yang sedang saya kerjakan. Saya selalu berambisi untuk menjadi nomor 1 di
segala hal yang saya tekuni, bukan nomor 2 atau nomor 3. Mental tersebut selalu
saya bawa baik di bangku kuliah, di organisasi, maupun di berbagai bidang yang
saya suka. Selain itu, saya juga sangat suka berkompetisi dengan orang lain
untuk mengasah kemampuan saya. Saya akan terus berusaha kuat meraih apa yang
menjadi mimpi saya.
Kesempatan
pergi ke luar negeri datang ketika saya berada di semester 5. Pada saat itu
saya melihat pengumuman program beasiswa SUSI RPA terpampang di spanduk di
kampus. Awalnya saya tidak begitu tertarik karena mimpi saya adalah bisa
belajar di Timur Tengah atau Jepang, bukan Amerika. Namun atas dorongan kuat
dari salah seorang dosen untuk mencoba berkompetisi, saya pun akhirnya
mendaftarkan diri. Saya hanya memiliki waktu tiga hari sebelum deadline
untuk melengkapi berkas-berkas pendaftaran. Pendaftaran program SUSI tidak
terlalu rumit, hanya melengkapi CV, mengisi form pendaftaran, dan membuat essay,
semua ditulis menggunakan bahasa Inggris. Saya membutuhkan waktu dua hari agar
benar-benar yakin berkas pendaftaran saya benar-benar siap untuk dikirim.
Pada
suatu pagi, saya mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Karena pada
saat itu saya sedang berada di dalam kelas, jadi saya me-reject panggilan
tersebut. Namun rupanya nomor itu kembali menghubungi saya. Saya pun mengangkat
panggilan telepon tersebut setelah meminta izin keluar ruang kelas. Ternyata
yang menghubungi saya pada saat itu adalah staff kedutaan besar Amerika untuk
sedikit mewawancarai saya dan menanyakan beberapa hal terkait berkas
pendaftaran yang saya kirim beberapa minggu sebelumnya. Pada saat itu saya
merasa agak gugup namun tidak membuat saya kesulitan menjawab semua pertanyaan
yang diberikan melalui telepon.
Dua
minggu setelahnya, di pagi hari di bulan November, masih dalam keadaan memakai
handuk karena baru selesai mandi saya melihat ada 3 panggilan tak terjawab di handphone
saya. Tidak lama kemudian nomor tersebut kembali menghubungi saya. Ternyata
salah satu staff kedutaan besar Amerika yang lain yang menghubungi saya dan
mengabarkan kalau saya terpilih menjadi satu dari 20 mahasiswa Indonesia yang
lolos program beasiswa SUSI RPA dan akan dibiayai belajar di Amerika selama 5
minggu serta diminta untuk melengkapi berkas-berkas tambahan pendukung
keberangkatan saya. Meskipun Amerika awalnya bukan mimpi saya, namun kesempatan
ke luar negeri adalah kesempatan langka dan harus saya gunakan dengan baik.
Dalam keadaan masih memakai handuk saya mencari orang tua saya dan mengabarkan
kalau saya akan berangkat ke luar negeri.
Saya
dan peserta SUSI RPA lainnya menghabiskan waktu beberapa hari di Jakarta
mengikuti briefing dan berbagai persiapan lainnya. Kemudian pada tanggal
10 Januari 2013 kami berangkat menuju Amerika. Namun sebelum itu, kami sempat
menghabiskan waktu beberapa hari di Singapura dan Jepang di sela-sela
keberangkatan kami menuju Amerika.
Setelah
tiba di Amerika, kami langsung menuju Pendle Hill di Wallingford, Pennsylvania.
Pendle Hill merupakan pusat belajar mengenai Quaker dan hal-hal yang terkait dengan
proses identifikasi diri yang terletak di daerah suburban. Disana kami
belajar tentang dasar-dasar dialog, teknik mengidentifikasi diri, dan adaptasi
terhadap kehidupan Amerika selama 4 hari. Setelah itu, kami pindah ke Temple
University dan tinggal disana selama 4 minggu. Di Temple University kami
belajar banyak hal mengenai teknik dialog, perbandingan agama, perkembangan
kehidupan beragama di Amerika, bahkan sejarah Amerika Serikat. Disana kami juga
bersosialisasi dengan mahasiswa dari berbagai belahan dunia yang kuliah di
Temple University. Selain kuliah kami juga mengikuti kegiatan lain seperti
mengunjungi rumah-rumah ibadah, mengunjungi komunitas-komunitas agama, berdiskusi
dengan mahasiswa Temple University, American Student Partner Dinner, Community Service, dan
aktifitas lainnya. Masing-masing dari kami juga memiliki keluarga angkat disana
dan menghabiskan weekend bersama mereka. Di sela-sela waktu luang kami
selalu menyempatkan diri menjelajahi Philadelphia, menonton teater, atau
menonton pertandingan basket.
![]() |
Ayo Nari Bersama! Goyang Seadanya! |
Di
akhir program, kami mengikuti educational excursion selama 1 minggu
dengan mengunjungi New York, Florida, Maryland, dan Washington DC. Kami
mengunjungi berbagai tempat terkenal seperti Empire State Building, Patung
Liberty, Times Square dan Markas PBB di New York, Ah Tah Tiki Museum, dan
Billie Swamp Safari di Florida, menonton perayaan Lunar New Year di Maryland, serta
mengunjungi US Supreme Court, kantor Senator Robert Casey dari Pennsylvania, Capitol
Hill, KBRI, dan berkesempatan mengikuti tur di White House di Washington DC.
Saya
sangat bersyukur diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengikuti program SUSI
RPA. Meskipun awalnya saya tidak pernah bermimpi pergi ke Amerika, sekarang
justru saya kembali menata mimpi dan Amerika masuk di list negara yang
ingin saya kunjungi kembali. Saya belajar banyak hal di Amerika, tidak melulu
yang berkaitan dengan akademik maupun topik yang dibahas di program SUSI RPA,
akan tetapi saya belajar tentang sisi humanis, kedisiplinan, kebersihan,
semangat pantang menyerah, dan semangat kebersamaan yang saya dapatkan ketika
berada di Amerika, yang salah satunya terjalin ketika saya menghabiskan
beberapa minggu di Amerika bersama 19 orang teman mahasiswa asal Indonesia yang
luar biasa, ketika kami berjuang bersama di negeri orang.
Ahmad
Rafuan.
Ahmad Rafuan adalah mahasiswa IAIN Palangka Raya fakultas Syariah jurusan Hukum Perdata Islam/AHS. Dia merupakan Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) periode 2013-2014. Peraih beasiswa BAZNAS, beasiswa BRI, Beasiswa Bank Muamalat, dan beasiswa SUSI RPA ini sangat menyukai travelling, membaca buku, dan berorganisasi. Dia beberapa kali mewakili daerahnya dalam ajang nasional seperti Parlemen Muda Indonesia dan Konferensi Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI). Selain itu, dia juga pernah meraih juara 2 lomba cerdas cermat Keluarga Sadar Hukum mahasiswa se-kota Palangka Raya, juara 1 lomba pencak silat antar remaja se-kota Palangka Raya, dan juara 3 lomba pencak silat antar dewasa se-kota Palangka Raya. Dia suka mengembangkan dirinya melalui organisasi dan kegiatan pemuda. Sekarang dia aktif di Komunitas Pemimpin Muda dan Indonesian Youth Dialogue. Dia memiliki passion di bidang youth empowerment, youth movement, interfaith, dan leadership. Dia dapat dihubungi melalui email rafuanahmad@ymail.com atau social media Facebook Rafuan Ahmad.
1 komentar:
Minta info nya dong buat pendaftaran beasiswa SUSi RPA nya, terima kasih
Posting Komentar