Jumat, 29 November 2013

Tangga Menuju Puncak Kedamaian


 Sunrise di Gunung Lawu
Pemandangan Desa Beruk, Lereng Gunung Lawu
Hari keempat dalam program IYP kami berada di desa Beruk, Karanganyar. Desa Beruk merupakan sebuah desa yang berada di lereng gunung Lawu. Desa ini terletak di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut, setengah dari puncak gunung Lawu yang memiliki ketinggian lebih dari 2.000 meter. Kami menginap di sebuah rumah kosong milik seorang mualaf asal Australia yang sekarang tinggal disana.

Kamis, 28 November 2013

Wisuda Dan Persinggahan Selanjutnya


Catatan Pinggiran Mahasiswa Akhir Yang Mencari Arah Tujuan

Foto di atas menggambarkan suasana wisuda ke-XXI STAIN Palangka Raya beberapa hari yang lalu. Suka cita menyelimuti orang-orang yang pada hari itu resmi menyandang status alumni perguruan tinggi. Tak ketinggalan kerabat turut senang atas pencapaian itu. Inilah ceremony yang terulang setiap tahunnya. Disambut dengan penuh keriangan seakan perjuangan telah usai. Padahal tidak! Justru ini adalah awal bagi kawan-kawan (atau kita semua) dalam menapak jejak baru menelusuri jalan kehidupan. Wisuda adalah awal perjuangan. Awal perjuangan untuk meneruskan pendidikan. Awal perjuangan untuk mencari pekerjaan. Atau awal perjuangan menuju kehidupan yang diimpikan. Wisuda bukanlah akhir perjuangan!

Rabu, 20 November 2013

Mencari Makna, Menjalin Kebersamaan


Peserta IYP berfoto bersama di depan Home Stay N53 UGM
Hari ketiga di Jogjakarta, sudah saatnya kami –peserta IYP- menjadi bangsa nomaden yang akan berpindah-pindah tempat. Pukul 8 pagi bis sudah siap mengantarkan kami ke beberapa tempat. Tujuan pertama kami adalah Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma (STAHD) di Klaten Jawa Tengah. Sebelum berangkat kami sempat mendiskusikan beberapa hal mengenai nasib Indonesia yang entah kenapa kemudian mengarah kepada pembahasan ajaran Hindu Dharma. Aku, Firman, dan Agus (penganut agama Hindu Dharma) berdiskusi secara santai diselingi guyonan-guyonan.

Senin, 18 November 2013

Perjalanan Untuk Mengenali dan Memahami


Peserta IYP berjalan menuju ICRS di gedung Pascasarjana UGM
Hari kedua di Jogja, aktifitas kami dalam program Interfaith Youth Pilgrimage dimulai. Pagi-pagi sekali kami berangkat dari home stay ke gedung pascasarjana UGM. Lingkungan pascasarjana UGM memiliki nilai arsitektur yang menarik. Saat memasuki lingkungan pascasarjana UGM kita akan disambut oleh sebuah jembatan yang menghubungkan dua sisi jalan yang dibelah oleh aliran sungai kecil -atau parit besar?-. Aku kurang ahli dalam menggambarkan betapa indahnya nilai-nilai arsitektur suatu tempat atau bangunan. Aku lebih condong menjadi seorang penikmat view yang indah dibandingkan pengamat atau pemerhati. Keindahan gedung pascasarjana UGM tentu tidak kami lewatkan begitu saja. Kami berfoto bersama di depan gedung tersebut.

Minggu, 17 November 2013

Memilih Menjadi Standar Atau Spesial ?


Hidup itu pilihan. Ingin sukses atau gagal itu pilihan. Tidak ada orang lain yang patut disalahkan atas kegagalan diri sendiri. Tidak ada yang berhak bertanggung jawab atas pilihan yang diambil selain diri sendiri. Orang yang gagal itu banyak. Sedangkan orang yang sukses itu sangat sedikit. Sekali lagi kita dituntut untuk memilih, menjadi gagal atau menjadi sukses. Tentu ada harga yang harus dibayar untuk menjadi sukses. Waktu, tenaga, dan pikiran harus menjadi korban agar meraih kesuksesan.

Senin, 11 November 2013

Perjalanan Untuk Menyayangi Keberagaman


Interfaith Youth Pilgrimage (IYP) secara harfiah berarti ziarah para pemuda antar agama. Dengan tema 10 hari perjalanan penuh makna, IYP mengambil latar tempat di Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, dan Magelang. Aku merupakan salah satu peserta IYP yang dilaksanakan oleh pemenang AEIF 2013, sebuah kompetisi social project yang diselenggarakan dan didanai oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat, bekerja sama dengan ICRS (International Consortium for Religious Studies) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan berbagai pihak lainnya. Total ada 28 pemuda dari berbagai daerah di Indonesia yang menjadi peserta IYP setelah melalui tahapan seleksi dari 129 pendaftar.

Minggu, 10 November 2013

Pengalaman Pertama di Kota Keraton


Tiba di bandara Adisutjipto pada siang hari, inilah pengalaman pertamaku ke Yogyakarta. Setiap yang pertama pasti akan menggairahkan. Sekilas, bandara Adisutjipto merupakan bandara yang tidak bisa dikatakan besar, namun sangat indah. Berada di daerah yang secara geografis tidak datar, bandara Adisutjipto dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan menawan. Saat mendarat di bandara kita bisa melihat keindahan pegunungan yang ada di Yogyakarta. Turun dari pesawat aku akhirnya berpisah dari keluarga Chinese yang duduk bersebelahan denganku saat di dalam pesawat dari Jakarta menuju Yogyakarta. Aku sangat menyukai anak mereka yang berumur sekitar 2 tahunan. Dia sangat lucu dan cute XD. Kami sempat berkenalan -meskipun akhirnya aku tidak dapat mengingat nama mereka, khususnya anak kecil tersebut- dan ini juga adalah pengalaman pertama mereka menginjakan kaki di kota keraton. Berbeda denganku yang datang ke Yogyakarta dalam rangka mengikuti program IYP, sedangkan mereka hanya sekedar melancong.

Sabtu, 09 November 2013

Hampir 9 Bulan Vakum, Petualangan Kembali Dimulai


Sudah hampir 9 bulan sejak terakhir kali saya bepergian keluar dari pulau Kalimantan. Waktu yang cukup lama dan dapat membuat lupa akan nikmatnya bepergian jauh menggunakan pesawat terbang. Ya, bagi saya ada sensasi tersendiri ketika bepergian jauh via transportasi udara, apalagi jika gratis! Besok akan menjadi petualangan berikutnya menjelajah bumi ini. Semoga keselamatan selalu menyertai saya dan perjalanan tersebut akan membawa manfaat bagi saya dan orang lain.

Meskipun tidak bisa dikatakan sering, di usia yang masih cukup muda, 22 tahun, saya sudah beberapa kali melakukan perjalanan keluar pulau Kalimantan. Perjalanan tersebut saya lakukan dalam rangka berpartisipasi dalam sebuah kegiatan. Ibarat pepatah sekali kayuh dua tiga pulau terlampaui, momentum-momentum seperti ini kerap saya gunakan untuk menjelajah sebagian dari bumi Tuhan. Mumpung gratis, sebab perjalanan saya sebenarnya dibiayai oleh pihak lain atas keikutsertaan saya dalam beberapa kegiatan. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Tugas saya berpartisipasi dalam kegiatan terlaksana, dan hobi saya melancong terpenuhi.

Pernah suatu ketika saat saya menghadiri rakernas ismahi (ikatan senat mahasiswa hukum Indonesia) di Jakarta selama 3 hari bersama satu orang teman saya. Kami sengaja memperpanjang masa kami di Jakarta hingga 5 hari. Artinya kami mempunyai 2 hari free untuk kami pergunakan berkeliling kota Jakarta. Tidak kurang dari setengah bagian Provinsi DKI Jakarta telah kami jelajahi selama 2 hari tersebut. Dengan modal seadanya -karena memang hitung-hitungan uang yang diberikan kepada kami hanya cukup untuk 3 hari di Jakarta- kami melihat banyak sudut kota Jakarta dengan menggunakan busway atau bahkan berjalan kaki! Mungkin bagi sebagian orang apa yang kami lakukan cukup nekat. Kami sengaja mengirit pengeluaran agar uang yang kami miliki -yang diberikan kepada kami- cukup untuk biaya hidup selama 5 hari di Jakarta.

Mungkin bagi orang yang memiliki banyak uang perkara pergi ke luar daerah sesering mungkin tidak menjadi masalah. Namun bagi mahasiswa seperti saya -yang bahkan untuk makan sehari saja kesulitan- bisa keluar Pulau Kalimantan dengan gratis adalah suatu anugrah. Mencari program atau kegiatan yang mau meng-cover seluruh biaya pesertanya adalah satu-satunya jalan. Atau kalau tidak, dengan mencari sponsor yang mau berbaik hati memberikan bantuan materi untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di luar Kalimantan. Salah satu yang paling amazing bagi saya tentu saat saya dapat berpartisipasi dalam program beasiswa kuliah di Amerika Serikat selama 2 bulan dengan gratis. Meskipun begitu, program-program lainnya yang pernah saya ikuti di beberapa pulau yang ada di Indonesia yang memberikan biaya penuh kepada saya juga tak kalah menarik. Termasuk program Interfaith Youth Pilgrimage yang besok akan saya ikuti selama 10 hari di Yogyakarta. Ah, bagi saya yang penting bisa melancong ke daerah lain dengan gratis sekaligus mengikuti kegiatan yang bermanfaat bagi saya dan orang lain. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Mahasiswa Palangka Raya Minim Kelompok Studi

Beberapa hari yang lalu saya sempat ditanya oleh seorang bapak yang baru menetap di Palangka Raya. Sebelumnya beliau tinggal di Sintang, Kalimantan Barat, hingga akhirnya pindah kerja ke Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kami mengobrol banyak hal mulai dari topik yang ringan hingga yang agak berat. Salah satu topik yang kami bahas, yang berawal dari pertanyaan beliau tentang minat para mahasiswa di Palangka Raya terhadap kelompok studi. Setelah berpikir sejenak, saya menjawab beliau bahwa -sepengetahuan saya- masih sangat sedikit adanya kelompok studi yang dilaksanakan oleh para mahasiswa. Khusus di kampus saya, bahkan jumlah kelompok studi mahasiswa bisa dihitung dengan jari. Hal ini cukup memprihatinkan, setidaknya itu yang beliau katakan. Sebab nalar kritis mahasiswa tidak jarang lahir dari kelompok-kelompok studi seperti ini. Dengan sedikitnya kelompok studi yang ada, mahasiswa akan kekurangan wadah untuk mengasah daya kritis mereka akan suatu hal.
Saya teringat akan perjuangan saya dahulu dengan beberapa teman saya dalam membentuk kelompok studi. Saat saya masih mahasiswa baru, saya dan beberapa teman saya sempat beberapa kali membuat kelompok studi. Ada berbagai macam kelompok studi yang sempat saya cetuskan dengan teman yang berbeda. Mulai dari kelompok studi ilmu falak, hukum, politik, karya ilmiah, dan bahkan kelompok studi bahasa arab. Namun semua bernasib sama, tidak ada yang bertahan lama. Alasannya pun tidak jauh berbeda, sangat sedikit mahasiswa yang berminat untuk bergabung dengan kelompok studi kami. Meskipun sempat berjalan selama beberapa saat, kebosanan melanda kami dengan anggota yang hanya itu-itu saja.
Kecenderungan mahasiswa sekarang, khususnya di kampus saya, adalah kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Bahkan untuk sekedar pergi ke perpustakaan saja sangat sulit. Saya cukup tau tentang hal ini sebab saya pernah bekerja paruh waktu di perpustakaan kampus saya selama satu tahun. Perpustakaan yang cukup megah dengan koleksi buku yang lumayan banyak, namun pengunjung khususnya mahasiswa sangat sedikit. Hanya pada saat-saat tertentulah, seperti mengerjakan tugas atau skripsi, mereka datang ke perpustakaan. Kondisi seperti inilah yang menjadi realita mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Palangka Raya. Minim kelompok studi, akhirnya minim generasi muda yang kritis.

Jumat, 01 November 2013

Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi


Pasca reformasi, kasus-kasus korupsi silih berganti terungkap ke publik. Bukan hanya kasus korupsi yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru, tapi juga kasus korupsi yang terjadi setelah reformasi. Yang terbaru adalah terungkapnya kasus korupsi pilkada Gunung Mas yang melibatkan Akil Mochtar, ketua Mahkamah Konstitusi. Kasus korupsi ini adalah yang terburuk dalam sejarah, sebab menyangkut lembaga sekaliber Mahkamah Konstitusi yang seharusnya menjadi penegak konstitusi.

Korupsi adalah penyakit yang seakan membudaya di Indonesia. Bukan hanya di pemerintahan, namun kasus korupsi dengan skala yang lebih kecil juga terjadi hampir di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Korupsi terjadi disebabkan adanya keinginan dan kesempatan untuk korupsi. Keinginan berkaitan dengan etika dan akhlak masing-masing individu, sedangkan kesempatan menyangkut sistem. Untuk bebas dari korupsi, etika dan sistem harus dibangun secara simultan.

Perbaikan sistem birokrasi pemerintahan mutlak dibutuhkan saat ini. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Pengawasan terhadap sistem merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan badan pengawas yang dibentuk pemerintah. Sistem birokrasi yang bersih dan transparan akan meminimalisir kesempatan untuk korupsi.

Aspek lain yang juga menyebabkan terjadinya korupsi adalah keinginan untuk korupsi. Keinginan berkaitan dengan moral masing-masing individu. Disinilah letak pentingnya pendidikan anti korupsi ditanamkan sejak dini. Nilai-nilai anti korupsi diajarkan mulai dari lingkungan keluarga dan tempat tinggal. Kemudian pendidikan anti korupsi diajarkan di setiap jenjang pendidikan dengan metode character building atau pendidikan karakter. Dengan pendidikan anti korupsi akan lahir generasi-generasi muda calon pemimpin masa depan yang memiliki jiwa anti korupsi dan berintegritas.

Sudah selayaknya pemerintah menjadikan pendidikan anti korupsi sebagai pendidikan wajib yang diajarkan di seluruh sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. Menteri Pendidikan dapat menyusun kurikulum yang mengakomodasinya. Hal ini sangat penting dan mendesak mengingat sudah seringnya kasus korupsi yang terungkap di Indonesia. 

Perbaikan sistem birokrasi pemerintahan dan pendidikan anti korupsi merupakan dua hal yang sangat ampuh dalam memberantas korupsi. Dengan adanya dua usaha tersebut yang dilakukan berkesinambungan maka masa depan Indonesia akan bebas dari korupsi. Korupsi adalah parasit bagi Indonesia, dan Indonesia akan lebih maju tanpa korupsi.

Tulisan di atas merupakan tulisan yang saya buat dan saya ikutkan sebagai karangan argumentatif, kelas penelitian dosen bahasa Indonesia di kampus saya.
Bantu juga tandatangani petisi saya, untuk mendukung berlakunya pendidikan anti korupsi di seluruh jenjang pendidikan. Petisi ini juga sbeagai syarat seleksi menjadi Calon Anggota Parlemen Muda Indonesia perwakilan Kalimantan Tengah. Klik link ini https://www.change.org/id/petisi/gubernur-dan-dinas-pendidikan-provinsi-kalimantan-tengah-wajibkan-setiap-sekolah-dan-perguruan-tinggi-ajarkan-pelajaran-anti-korupsi-dan-integritas dan klik tandatangani

Jumat, 30 Agustus 2013

Mahasiswa dan Pengabdian Masyarakat - Untaian Kalimat Selepas Menjalani Masa Kuliah Kerja Nyata (KKN)

 
            Mahasiswa sebagai ujung tombak pembangunan bangsa dituntut peka terhadap kebutuhan dalam berbagai hal terutama aspek sosial kemasyarakatan. Setelah penggemblengan di Perguruan Tinggi, sarjana-sarjana yang dicetak harus turut andil dalam memajukan kehidupan masyarakat. Inilah hakikat dari pendidikan, mengembalikan si terdidik kepada lingkungan. Pemerintah pun mengakomodir akan hal ini melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya pengabdian masyarakat yang diaplikasikan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Melalui KKN mahasiswa diajarkan bagaimana seni kehidupan bermasyarakat sebelum mereka benar-benar terjun secara keseluruhan setelah lulus nantinya.
            Bagi segelintir mahasiswa, KKN adalah momok yang cukup menakutkan. Hidup di perkampungan yang cukup jauh dari keramaian, minim hiburan, dan kehidupan yang sederhana menghantui sebagian mahasiswa yang dewasa ini akrab dengan kehidupan glamor. Padahal ini salah besar. Menjadi abdi masyarakat memiliki kenikmatan tersendiri yang tidak akan bisa didapatkan di bangku kuliah. Kehidupan yang sungguh berbeda dari yang bisa dialami di kampus, setidaknya bagi anak kota yang belum pernah merasakan kehidupan di perkampungan yang cukup jauh.
            Tingginya rasa sosial kemasyarakatan adalah hal yang sulit ditemui pada penduduk di kota. Semangat gotong royong dan persaudaraan masih sangat kental tumbuh dan hidup di masyarakat. KKN tidak sekedar membagikan pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat, tetapi kita bisa belajar banyak dari mereka. Ibarat simbiosis mutualisme. Bahkan hal-hal positif yang dapat dipetik dari kehidupan masyarakat pedesaan lebih banyak daripada hal-hal yang bisa kita berikan kepada mereka.
            Melalui program KKN mahasiswa digodok untuk lebih memiliki rasa peka sosial, mengabdikan diri untuk bangsa. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan anggapan adanya gap pemisah antara kultur intelektual dan kultur masyarakat biasa, sehingga para sarjana yang dicetak nantinya menyadari akan pentingnya sumbangsih mereka terhadap masyarakat.

            Terima kasih saya ucapkan atas berjuta inspirasi yang saya dapatkan, hasil dari kepulangan saya setelah menyelesaikan program KKN selama 2 bulan di desa Gandang. Bantuan dan dukungan yang saya peroleh baik saat saya masih KKN bahkan setelah menyelesaikannya yang selalu mengalir dari berbagai pihak merupakan stimulus bagi saya untuk terus berkarya demi bangsa ini. Aparat desa Gandang, Keluarga Besar Pak Abdullah, seluruh masyarakat desa Gandang dan kecamatan Maliku, Supervisor, serta teman-teman sejawat saya yang senantiasa menjadi tempat berbagi suka dan duka selama 2 bulan, anggota kelompok XX (DJ, Ono, Ririn, Yeni, Ana dan Ani) serta seluruh anggota Posko Maliku, saya ucapkan banyak apresiasi atas bantuan yang telah kalian berikan untuk saya terus mengembangkan diri. Gandang adalah rumah kedua bagi saya.

Pelukan hangat dari seorang yang terus berupaya memperbaiki diri
Ahmad Rafuan.
Ketua Kelompok XX KKN XXVI STAIN P. Raya

Jumat, 03 Mei 2013

Beasiswa Monbukagakusho

Pendaftaran untuk keberangkatan tahun 2014 telah dibuka pada 1 Mei 2013 dan akan ditutup pada tanggal 14 Juni 2013.
Program ini ditujukan untuk siswa-siswi Indonesia lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas (S-1), College of Technology (D-3) atau Professional Training College (D-2) di Jepang mulai tahun akademik 2014 (April 2014).
Pelamar hanya bisa mendaftar 1 (satu) program dari S-1, D-3, atau D-2.

Selasa, 30 April 2013

Kisah Lucu Selama di Amerika, Part 3

Sewaktu taksi yang pernah kami tumpangi berhenti di tempat tujuan kami di Newseum Washington DC, temanku Fadi (dia gak paham bahasa Indonesia) yang duduk di kursi depan berkata "Hey guys, c'mon here we go" (Hey kawan, ayo kita pergi). Kebetulan saat itu temanku yang bernama Nino masih ketiduran di sampingku di kursi belakang, jadi kupanggil saja "no no, bangun no". Sontak Fadi kaget, "why? This is our destination. Why don't you want to go? (Kenapa? Ini tempat tujuan kita, kenapa kamu tidak ingin pergi?".
Aku pun ketawa dan menjelaskan bahwa perkataanku "no, no" itu panggilan buat nino, bukan penolakan untuk keluar dari taksi. :D

Kisah Lucu Selama di Amerika, Part 2

Hari itu adalah hari pertama kami akan kuliah di Temple University. Jadwal kuliah pertama adalah jam 9. Sialnya pagi itu aku dan teman sekamarku Richard terlambat bangun, mungkin efek kelelahan setelah beraktifitas penuh dan menempuh perjalanan jauh sehari sebelumnya. Setelah bangun dan bersiap untuk berangkat kami mendapati lobi sudah kosong. Ternyata teman-teman yang lain telah lebih dulu pergi ke kampus, yang tersisa hanya Hanna dan Hetty. Kami pun bergegas menyusul yang lainnya yang sudah tiba di ruangan kelas. Karena baru pertama kali tiba di kampus itu, kami pun tidak tahu arah. Inisiatif untuk menelepon Franky pun dilakukan. "kamu belok kiri aja setelah keluar dari Conwell (tempat kami menginap) baru belok kanan. Cari aja gedung Tuttleman di samping gedung perpustakaan" Kata Franky. Kami pun melaksanakan arahan tersebut dan berjalan cepat di tengah dinginnya udara yang menusuk hingga ke pori-pori kulit. Setelah berjalan cukup lama (hampir 10 menit) kami merasa aneh, kok tidak sampai ke gedung perkuliahan. Kembali kami hubungi Franky dan dia tetap mengatakan hal yang sama "Belok kiri dari Conwell terus belok kanan. Gedung Tutleman di samping perpustakaan". Kami pun berdebat ringan tentang arah yang seharusnya ditempuh. Inisiatif lanjutan! Kami bertanya kepada salah seorang pejalan kaki tentang arah menuju Tuttleman, yang sialnya dia juga sedang mencari gedung tersebut! Pffftt, sempat pasrah karena sudah terlambat 20 menit di hari pertama kuliah di negeri orang, kami pun bertanya kepada salah seorang pejalan kaki yang lainnya yang untungnya dia tahu letak gedung Tuttleman dan bahkan dengan baik hati bersedia mengantarkan kami kesana. Selamat teriakku dalam hati. Setelah tiba di depan gedung Tuttleman kami mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut. Dan akhirnya kami terlambat lebih dari 35 menit! Tahukah kalian, jarak antara gedung Tuttleman dengan Conwell (tempat kami menginap) ternyata hanya berjarak sekitar 50 meter yang dapat ditempuh selama 4-5 menit berjalan kaki? Tapi kami menempuhnya selama lebih dari 35 menit!

#lost direction gara-gara dua kali belok kiri, baru belok kanan. Seharusnya sekali belok kiri dan sekali belok kanan. -_-"

Kisah Lucu Selama di Amerika, Part 1

Saat itu kami masih belum bisa beradaptasi dengan baik terhadap makanan Amerika. Sehingga banyak di antara kami hanya mengambil sedikit makanan sekedar penahan lapar pada saat makan malam bersama di Pendle Hill. Beberapa teman mengeluh masih merasa lapar karena memang makanan yang disediakan untuk kami sangat berlawanan dengan selera lidah kebanyakan orang Indonesia yang membuat kami tidak banyak makan. Beruntung, aku membawa 4 bungkus Indomie yang kubeli di minimarket di Jakarta sebelum kami berangkat. Setelah ngobrol singkat dengan Mathelda di asrama, kami berinisiatif untuk menyeduh mie instan sebagai menu penutup malam itu. Namun kami tidak memiliki mangkuk dan sendok sehingga harus meminjamnya dari dapur di Main House (Gedung Utama) yang terletak di gedung yang berlainan dengan gedung asrama. Kami pun melangkah pergi keluar dari asrama. Malam itu cuaca cukup ekstrim kurang dari 5' Celcius. Setelah melangkah keluar dari asrama menuju Main House yang berjarak sekitar 50 meter bersama Mathelda, aku merasa kedinginan bahkan kakiku terasa sangat kaku. Kemudian aku baru sadar, aku tidak memakai sepatu dan hanya memakai sendal jepit di tengah terpaan angin malam di musim dingin! Sontak aku lari sekencang-kencangnya menuju dapur di Main House. Segera setelah meminjam mangkuk dan sendok aku pun kembali lari dengan cepat menuju asrama. Tebak apa reaksi Mathelda? Dia tertawa melihat kekonyolanku -_-"
Untuk membuang rasa malu, aku hanya berkata kepada Mathelda dan teman-teman yang lain "Sengaja, buat tes kesaktian" :)

Kamis, 25 April 2013

GESYAM, Mengembangkan Minat dan Bakat Mahasiswa Dalam Menulis



 Menulis adalah proses menuangkan segala ide yang bersifat abstrak ke dalam bentuk nyata. Fitrah manusia untuk selalu berpikir terhadap fenomena apa saja yang terjadi. Hal ini sebagai akomodasi dalam pendayagunaan akal yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Namun seringkali apa yang terlintas di dalam benak menghilang begitu saja. Hal ini disebabkan memori manusia ibarat penyimpanan data yang tata letaknya tidak teratur sehingga perlu dirangkai kembali agar menjadi pemikiran yang sistematis. Salah satu cara untuk merangkai pemikiran tersebut ialah dengan menulis.
    Dewasa ini menulis adalah salah satu aktifitas yang banyak dilakukan. Tidak terbatas bagi orang yang bekerja saja, bahkan para pelajar dan mahasiswa pun sudah mengakrabkan dirinya dengan dunia tulis menulis. Namun meskipun menulis adalah kegiatan wajib bagi mahasiswa dalam rangka penulisan karya ilmiah, masih sedikit sekali ditemukan adanya mahasiswa yang menjadikan menulis sebagai hobi. Dalam artian menulis hanya dilakukan sebagai pemenuhan tugas-tugas perkuliahan. Di luar itu menulis ibarat pekerjaan yang membosankan bagi beberapa kalangan. Padahal di samping sebagai sarana untuk penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, menulis dapat menjadi skill penunjang mahasiswa baik dalam menempuh pendidikan maupun sebagai persiapan untuk terjun ke dalam dunia pekerjaan kelak.
    Berangkat dari situ, saya mencoba menemukan formulasi jitu agar menulis dijadikan sebagai hobi yang menyenangkan. Setelah mendapatkan inspirasi yang luar biasa dari gerakan menulis yang dikembangkan oleh salah satu perguruan tinggi di Indonesia, saya menemukan ide untuk membuat hal serupa di kampus saya sendiri, STAIN Palangka Raya. Namun berbeda dengan program tersebut yang sifatnya berupa perlombaan dimana akan berakhir ketika perlombaan tersebut selesai, saya pribadi menginginkan adanya kontinuitas dalam program yang nanti akan saya dan teman-teman kembangkan. Menulis perlu dikembangkan sebagai salah satu aktifitas harian atau paling tidak mingguan. Setelah pembentukan konsep yang cukup matang akhirnya program yang akan kami cetuskan tersebut dinamakan dengan GESYAM, kepanjangan dari Gerakan Syari’ah Menulis. GESYAM adalah gerakan yang mendorong mahasiswa-mahasiswa jurusan Syari’ah STAIN Palangka Raya agar aktif menulis.
    Sempat mendapatkan masukan dari beberapa teman yang berasal dari jurusan lain supaya gerakan ini diperluas menjadi skala STAIN Palangka Raya. Akan tetapi setelah diperhatikan dengan seksama, sebagai gerakan yang baru saja lahir diperlukan adanya prototype sebagai tolak ukur progress dari program tersebut. Akhirnya dengan berat hati kami tetap memutuskan bahwa gerakan menulis ini untuk sementara masih terbatas kepada mahasiswa-mahasiswa jurusan Syari’ah saja. Adapun mahasiswa jurusan lain tetap dapat bergabung meski hanya sebagai kontributor. Dan kami tetap tidak menutup kemungkinan adanya wacana perluasan ruang lingkup gerakan menulis agar menjangkau seluruh lapisan mahasiswa dari berbagai jurusan di STAIN Palangka Raya.
    Sebagai upaya penanaman kebiasaan menulis bagi mahasiswa jurusan Syari’ah STAIN Palangka Raya, kami memunculkan wacana Satu Minggu Satu Artikel atau yang kami singkat dengan SMART. Dengan program ini maka diharapkan mahasiswa Syari’ah akan menjadi terbiasa untuk menulis dan melahirkan tulisan paling tidak satu minggu sekali. Hal ini tentu akan berimplikasi terhadap perkembangan mahasiswa itu sendiri.

Jangan lupa klik dan like page http://www.facebook.com/GerakanSyariahMenulis

Selasa, 23 April 2013

Keunggulan Dan Keistimewaan Hukum Islam


Oleh Ahmad Rafuan
April 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam teori kontrak sosial, Plato menggambarkan hubungan erat antara penguasa dan masyarakat. Penguasa bertugas untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Tapi sesungguhnya penguasa tidak mampu berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan dan keteraturan dari masyarakat itu sendiri. Keteraturan disini memerlukan sebuah nilai-nilai yang disepakati bersama, yakni hukum. Setiap ada masyarakat maka bisa dipastikan akan ada hukum yang hidup disana.
            Hukum berbeda-beda jenisnya. Ada hukum murni hasil olah pikir manusia ada juga hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan. Tapi dari semua itu tetap saja hukum bertujuan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak, memberikan keadilan, dan menimbulkan keteraturan. Salah satu hukum yang bersumber dari wahyu adalah hukum Islam. Kaidah dan nilai-nilai hukum bersumber langsung dari firman Tuhan dan sabda utusan-Nya. Dalam hal ini sumber hukum adalah Al Qur’an dan Hadits.
            Meskipun sumber hukum Islam telah hadir lebih dari 14 abad yang lalu, tapi tetap saja nilai-nilai yang terkandung bersifat universal dan tidak lekang oleh waktu dan tempat. Ia tetap relevan untuk diaplikasikan kapan pun dan dimana pun. Itulah keunggulan dan keistimewaan hukum Islam dibanding hukum-hukum lainnya.
            Di dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal berkenaan dengan keunggulan dan keistimewaan hukum Islam. Tidak lupa akan disebutkan tujuan dari hukum Islam itu sendiri. Dan juga di dalam makalah ini akan sedikit dijelaskan mengenai kedinamisan hukum Islam dalam memenuhi tuntutan zaman.

Minggu, 21 April 2013

Polemik Ujian Nasional Sebagai Penentu Kelulusan


Oleh Ahmad Rafuan
21 April 2013

            Pekan Ujian Akhir Nasional bagi para pelajar sudah tiba. Lagi-lagi banyak cara yang ditempuh oleh generasi UN agar bisa berhasil dan dinyatakan lulus UN dengan nilai yang baik. Ada yang menggelar shalat hajat, meminta doa kepada para guru spiritual, ada yang mendatangi paranormal, dan tidak lupa belajar keras siang dan malam hingga lupa waktu. Tentu jauh hari sebelumnya mereka juga mengikuti les tambahan berbagai mata pelajaran yang akan diujikan. Tujuannya hanya satu, lulus Ujian Nasional!

Sabtu, 13 April 2013

Problematika Menulis


 Oleh Ahmad Rafuan
13 April 2013
            Menulis adalah bentuk kreatifitas menuangkan ide-ide dalam bentuk nyata. Menulis sebenarnya merupakan kegiatan yang menyenangkan. Namun seringkali bagi beberapa orang menulis adalah sebuah momok.Tidak kurang bagi saya sendiri juga demikian.
            Kesulitan yang sering ditemui dalam menulis adalah menorehkan kalimat pertama. Inilah yang membutuhkan waktu lama untuk memikirkan kata apakah yang pantas untuk mengawali tulisan kita. Namun sungguh apabila sudah menemukan kalimat awal, maka kalimat-kalimat selanjutnya akan mengalir dengan sendirinya mengikuti alur pemikiran yang berkecamuk di otak.

Kamis, 28 Maret 2013

Membumikan Falsafah Huma Betang

Oleh Ahmad Rafuan
28 Maret 2013
 
          Indonesia bukan hanya nama dari sebuah negara. Lebih dari itu, Indonesia merupakan sebuah nama pemersatu dari bangsa yang terdiri dari bermacam-macam ras, suku, budaya, bahasa, dan bahkan agama. Bangsa Indonesia adalah bangsa unik yang memiliki tingkat kemajukan luar biasa. Dilihat dari aspek sejarah, tidak ada dominasi satu kelompok saja dalam usaha meraih kemerdekaan. Fakta historis yang menunjukkan betapa kuatnya persatuan bangsa pada masa itu.

Senin, 18 Maret 2013

Masyarakat Republik The-lie-Vision

Oleh Ahmad Rafuan
18 Maret 2013

Pagi hari kita disuguhi drama siraman rohani dengan air keruh oleh pencerita-pencerita yang handal bicara. Selanjutnya menu sarapan berita-berita kriminal, pembunuhan, tawuran, korupsi dan yang lainnya. Tak ketinggalan novel-novel kisah para artis negeri ini berbasis gosip yang memiliki episode panjang, yang tak jarang memakan waktu penyelesaian berlarut-larut, dengan tema kemewahan, hidup hedonis, dan yang lainnya. Sedikit lebih siang, rakyat Republik The-lie-Vision diberikan tontonan drama debat kusir nan kasar para politisi yang tidak cerdas bermuka memelas. Tak kalah mengasyikan sinetron-sinetron ajaib penuh khayalan yang tidak masuk akal menjadi santapan makan malam. Jadilah semua itu pengantar tidur kita, supaya bermimpi indah lebih indah dari realita. Bahkan tidak sedikit yang menginginkan mimpi menjadi nyata dan nyata hanyalah mimpi belaka di negeri Indonesia, Republik The-lie-Vision.

Republik The-lie-Vision

Potret harian Republik The-lie-Vision (meminjam istilah Fahd Djibran dalam Buku Indonesia Jungkir Balik),

Pagi hari kita disuguhi drama siraman rohani dengan air keruh oleh pencerita-pencerita yang handal bicara.
Selanjutnya menu sarapan berita-berita kriminal, pembunuhan, tawuran, korupsi dan yang lainnya.
Tak ketinggalan novel-novel kisah para artis negeri ini berbasis gosip yang memiliki episode panjang, yang tak jarang memakan waktu penyelesaian berlarut-larut, dengan tema kemewahan, hidup hedonis, dan yang lainnya.
Sedikit lebih siang, rakyat Republik The-lie-Vision diberikan tontonan drama debat kusir nan kasar para politisi yang tidak cerdas bermuka memelas.
Tak kalah mengasyikan sinetron-sinetron ajaib penuh khayalan yang tidak masuk akal menjadi santapan makan malam.
Jadilah semua itu pengantar tidur kita, supaya bermimpi indah lebih indah dari realita. Bahkan tidak sedikit yang menginginkan mimpi menjadi nyata dan nyata hanyalah mimpi belaka di negeri Indonesia, Republik The-lie-Vision.