Suara
azan subuh terdengar bersahutan dari berbagai sudut dusun Kenteng. Kebanyakan
suara azan tersebut berasal dari masjid di luar dusun Kenteng, sebab masjid di
dusun Kenteng dapat dihitung dengan jari. Aku bangun seperti biasanya pada jam
4, sebelum waktu sholat subuh tiba. Aku tidak ingin membangunkan keluarga Pak
Sutimin sehingga aku menghabiskan waktu selama 2 jam dengan membuat jurnal dan
membaca buku di dalam kamar saja. Sekitar jam 6, baru aku keluar dari kamar
setelah aku mendengar bunyi aktifitas di ruang tamu dan di dapur.
Rabu, 29 Januari 2014
Selasa, 14 Januari 2014
1 Hari Bermakna
Dari
Percik Menuju Induk Semang, Mencari Identitas Kebaikan
Pukul
4 pagi aku sudah terbangun. Ada rasa malas untuk beranjak dari kasur karena
cuaca yang cukup dingin dan sejuk, terlebih teman-teman (peserta IYP laki-laki)
yang lain masih tertidur pulas. Saat bumi Salatiga sudah agak terang, sekitar
pukul 5 pagi, aku pun menjelajahi lingkungan sekitar Kampoeng Percik. Percik
berada di dataran tinggi, lereng gunung, yang asri dan memiliki keindahan murni,
sekitar 10 menit perjalanan darat dari kota Salatiga. Berada di Percik
seakan-akan sama dengan berada di sebuah kampung di dalam hutan. Suara tokek,
suara jangkrik, dapat didengar kapan saja. Hanya saja, keasrian dan kemurnian
lingkungan Percik terganggu dengan adanya bau tidak sedap yang berasal dari
pabrik pemotongan ayam, tepat di depan lingkungan Kampoeng Percik.
Langganan:
Postingan (Atom)