Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEIKHLASAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.
Catatan ini seharusnya dibuat satu minggu yang lalu. Ada banyak hal yang ingin kutuangkan melaluinya. Ungkapan hati, catatan perjuangan, dan garis takdir yang tidak selalu sejalan dengan keinginan. Tekad baja yang kadang berdampak positif. Dalam meraih mimpi…
………………………………………………………….
UNAOC
sebagai sayap dari United Nation atau Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap
tahunnya bekerjasama dengan Education First, lembaga pendidikan internasional
ternama, dalam menyelenggarakan summer school yang bertempat di Tarrytown, New
York. Summer school ini merupakan agenda tahunan mereka dengan mengundang
puluhan pemuda potensial dari seluruh belahan dunia. Indonesia kebagian jatah
untuk mengirimkan putera-puteri terbaiknya 1 orang setiap tahunnya. Event ini
merupakan event bergengsi tinggi dan prestisius. Hanya pemuda-pemuda terbaiklah
yang mampu berpartisipasi.
Awal
pertama aku mendapatkan informasi mengenai kegiatan ini adalah 1 tahun yang
lalu. Tepatnya satu bulan setelah aku kembali ke Indonesia, yakni bulan Maret 2013. Hal yang pertama
kulakukan ketika itu adalah mencari sebanyak mungkin informasi yang berkaitan.
Setelah informasi yang didapat kurasa cukup, baru kuberanikan diri untuk
mendaftarkan diriku sebagai salah satu delegasi Indonesia untuk membawa nama
baik pemuda Indonesia di kancah internasional.
………………………………………………………………….
Tepat
pada tanggal 20 Mei 2014 aku membuka email dan mencari informasi nama-nama
peserta yang lolos seleksi summer school UNAOC-Education First 2014. Sesuai
dengan jadwal yang diberikan panitia, 20 Mei adalah waktu dimana mereka akan
mengumumkan nama-nama terpilih yang akan mengikuti kegiatan selama seminggu
penuh di Tarrytown, New York. Satu hari penuh aku menunggu informasi tersebut,
kubuka tutup emailku setiap satu jam sekali hanya untuk memastikan apakah kali
ini aku cukup pantas mewakili Indonesia di level internasional. Rasa penasaran
membuatku tidak sabar untuk segera mengetahui hasilnya. Namun, hingga pukul 9
malam aku masih belum mendapatkan konfirmasi dari panitia siapakah yang berhak
menjadi perwakilan Indonesia kali ini.
Pagi
hari berikutnya, hal pertama yang kulakukan adalah membuka kembali emailku.
Sebenarnya jadwal yang ditentukan oleh panitia sama sekali tidak meleset dari
ketentuan, sebab pada pagi hari tanggal 21 Mei di Indonesia, masih malam hari
tanggal 20 Mei di Amerika Serikat. Perbedaan waktu ini tidak kusadari
sebelumnya, atau lebih tepatnya tidak kuhiraukan saking excited-nya.
Aku
yakin, temaram mukaku berubah kalut, detak jantung masih keras dan denyut nadi
masih cepat, meskipun aku sudah membaca isi email dari panitia. Aku kembali
membaca isi email tersebut dengan hati-hati, tidak ingin ada satu baris pun
yang terlewatkan. Kekecewaan jelas tergambar di wajahku saat itu. Satu tahun
aku menunggu kesempatan untuk ini, akan tetapi hal yang kudapatkan tidak jauh
berbeda dengan tahun sebelumnya. Aku kembali gagal.
………………………………………………………………………….
Sudah
dua kali aku memberanikan diri mendaftar untuk mengikuti summer school UNAOC-Education
First. Sudah dua tahun aku percaya diri untuk bersaing dengan pemuda-pemuda
hebat dari seluruh Indonesia. 16 ribu pemuda yang memasukkan berkas secara
online, namun yang dicari hanya 75 pemuda dari seluruh belahan dunia. Hanya ada
75 pemuda hebat yang akan diundang mengikuti summer school di Tarrytown setiap
tahunnya. Dan aku ingin termasuk ke dalam golongan pemuda-pemuda hebat
tersebut.
Kegagalan
selama dua tahun yang kudapatkan justru membuatku semakin penasaran. Terlebih,
dalam dua tahun ini, pemuda-pemudi yang terpilih mewakili Indonesia telah kukenal
dengan cukup baik. Pada tahun 2013, Pandu, seorang pemuda hebat asal Makassar
terpilih menjadi delegasi Indonesia di ajang internasional tersebut. Pandu
merupakan alumni program SUSI Religious Pluralism tahun 2012. Dia tidak lain
adalah kakak tingkatku dalam program SUSI tersebut. Sebelumnya, kami juga
pernah bertemu beberapa kali. Pada tahun 2014, Evi, seorang mahasiswi
Universitas Sebelas Maret terpilih menjadi untuk membawa nama baik Indonesia di tengah-tengah
74 pemuda-pemudi dari negara-negara lainnya. Tahun lalu, Evi yang merupakan
kakak tingkat Esty (teman seperjuanganku di program SUSI selama 5 minggu di
Amerika) pernah berkunjung ke Sampit, Kalimantan Tengah.
Dua
orang tersebut adalah pemuda-pemudi hebat yang membuatku harus kembali berjuang
meningkatkan kualitas diri agar mampu bersaing kembali di tahun berikutnya. Dua
orang tersebut adalah pemuda-pemudi hebat yang telah lebih dulu mencicipi
nuansa luar biasa mengikuti event sekelas summer school UNAOC-Education First. Dua
orang tersebut telah membuatku meyakini bahwa aku harus memperbaiki kualitas
diriku sendiri, dan memberikanku waktu selama satu tahun untuk kembali mencoba
dan meyakini bahwa aku akan mendapatkan giliranku, mewakili Indonesia di summer
school UNAOC-Education First berikutnya. Dan aku bertekad, tahun 2015 akan
menjadi milik Ahmad Rafuan!!!
Sampai
jumpa kembali tahun depan Summer School UNAOC-Education First!!!
Dalam
suasana ramai perpisahan…
29
Mei 2014
Ahmad
Rafuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar