Jumat, 30 Mei 2014

Nothing To Lose

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEIKHLASAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.


Catatan ini seharusnya dibuat satu minggu yang lalu. Ada banyak hal yang ingin kutuangkan melaluinya. Ungkapan hati, catatan perjuangan, dan garis takdir yang tidak selalu sejalan dengan keinginan. Tekad baja yang kadang berdampak positif. Dalam meraih mimpi…

………………………………………………………….

UNAOC sebagai sayap dari United Nation atau Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap tahunnya bekerjasama dengan Education First, lembaga pendidikan internasional ternama, dalam menyelenggarakan summer school yang bertempat di Tarrytown, New York. Summer school ini merupakan agenda tahunan mereka dengan mengundang puluhan pemuda potensial dari seluruh belahan dunia. Indonesia kebagian jatah untuk mengirimkan putera-puteri terbaiknya 1 orang setiap tahunnya. Event ini merupakan event bergengsi tinggi dan prestisius. Hanya pemuda-pemuda terbaiklah yang mampu berpartisipasi.

Awal pertama aku mendapatkan informasi mengenai kegiatan ini adalah 1 tahun yang lalu. Tepatnya satu bulan setelah aku kembali ke Indonesia, yakni bulan Maret 2013. Hal yang pertama kulakukan ketika itu adalah mencari sebanyak mungkin informasi yang berkaitan. Setelah informasi yang didapat kurasa cukup, baru kuberanikan diri untuk mendaftarkan diriku sebagai salah satu delegasi Indonesia untuk membawa nama baik pemuda Indonesia di kancah internasional.

………………………………………………………………….

Tepat pada tanggal 20 Mei 2014 aku membuka email dan mencari informasi nama-nama peserta yang lolos seleksi summer school UNAOC-Education First 2014. Sesuai dengan jadwal yang diberikan panitia, 20 Mei adalah waktu dimana mereka akan mengumumkan nama-nama terpilih yang akan mengikuti kegiatan selama seminggu penuh di Tarrytown, New York. Satu hari penuh aku menunggu informasi tersebut, kubuka tutup emailku setiap satu jam sekali hanya untuk memastikan apakah kali ini aku cukup pantas mewakili Indonesia di level internasional. Rasa penasaran membuatku tidak sabar untuk segera mengetahui hasilnya. Namun, hingga pukul 9 malam aku masih belum mendapatkan konfirmasi dari panitia siapakah yang berhak menjadi perwakilan Indonesia kali ini.

Pagi hari berikutnya, hal pertama yang kulakukan adalah membuka kembali emailku. Sebenarnya jadwal yang ditentukan oleh panitia sama sekali tidak meleset dari ketentuan, sebab pada pagi hari tanggal 21 Mei di Indonesia, masih malam hari tanggal 20 Mei di Amerika Serikat. Perbedaan waktu ini tidak kusadari sebelumnya, atau lebih tepatnya tidak kuhiraukan saking excited-nya.

Aku yakin, temaram mukaku berubah kalut, detak jantung masih keras dan denyut nadi masih cepat, meskipun aku sudah membaca isi email dari panitia. Aku kembali membaca isi email tersebut dengan hati-hati, tidak ingin ada satu baris pun yang terlewatkan. Kekecewaan jelas tergambar di wajahku saat itu. Satu tahun aku menunggu kesempatan untuk ini, akan tetapi hal yang kudapatkan tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Aku kembali gagal.

………………………………………………………………………….

Sudah dua kali aku memberanikan diri mendaftar untuk mengikuti summer school UNAOC-Education First. Sudah dua tahun aku percaya diri untuk bersaing dengan pemuda-pemuda hebat dari seluruh Indonesia. 16 ribu pemuda yang memasukkan berkas secara online, namun yang dicari hanya 75 pemuda dari seluruh belahan dunia. Hanya ada 75 pemuda hebat yang akan diundang mengikuti summer school di Tarrytown setiap tahunnya. Dan aku ingin termasuk ke dalam golongan pemuda-pemuda hebat tersebut.

Kegagalan selama dua tahun yang kudapatkan justru membuatku semakin penasaran. Terlebih, dalam dua tahun ini, pemuda-pemudi yang terpilih mewakili Indonesia telah kukenal dengan cukup baik. Pada tahun 2013, Pandu, seorang pemuda hebat asal Makassar terpilih menjadi delegasi Indonesia di ajang internasional tersebut. Pandu merupakan alumni program SUSI Religious Pluralism tahun 2012. Dia tidak lain adalah kakak tingkatku dalam program SUSI tersebut. Sebelumnya, kami juga pernah bertemu beberapa kali. Pada tahun 2014, Evi, seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret terpilih menjadi untuk membawa nama baik Indonesia di tengah-tengah 74 pemuda-pemudi dari negara-negara lainnya. Tahun lalu, Evi yang merupakan kakak tingkat Esty (teman seperjuanganku di program SUSI selama 5 minggu di Amerika) pernah berkunjung ke Sampit, Kalimantan Tengah.

Dua orang tersebut adalah pemuda-pemudi hebat yang membuatku harus kembali berjuang meningkatkan kualitas diri agar mampu bersaing kembali di tahun berikutnya. Dua orang tersebut adalah pemuda-pemudi hebat yang telah lebih dulu mencicipi nuansa luar biasa mengikuti event sekelas summer school UNAOC-Education First. Dua orang tersebut telah membuatku meyakini bahwa aku harus memperbaiki kualitas diriku sendiri, dan memberikanku waktu selama satu tahun untuk kembali mencoba dan meyakini bahwa aku akan mendapatkan giliranku, mewakili Indonesia di summer school UNAOC-Education First berikutnya. Dan aku bertekad, tahun 2015 akan menjadi milik Ahmad Rafuan!!!

Sampai jumpa kembali tahun depan Summer School UNAOC-Education First!!!

Dalam suasana ramai perpisahan…
29 Mei 2014
Ahmad Rafuan.

Tidak ada komentar: