Cerita berikut ini akan membuka mata
hati dan pikiran teman-teman akan bahayanya prejudice atau berprasangka kepada
para “bule” kalo mereka gak paham bahasa Indonesia. Bahkan gak jarang, mereka
jauh lebih mengerti “bahasa Indonesia” dibandingkan kita.
Pertengahan bulan April, saya dan
teman-teman sedang berada di Bali dalam rangka melaksanakan sebuah kegiatan.
Kebetulan pemateri pada kegiatan tersebut mayoritas merupakan “bule”. Dari 4
orang pemateri hanya 1 orang doang yang asli produk Indonesia, sisanya impor XD
:P. Waktu itu saya dengan satu orang teman yang lain diminta untuk menjemput
salah seorang pemateri di bandara, seorang bule blasteran Jepang, Cina, dan Singapura
yang berasal dari Malaysia. Ketika sudah ketemu di bandara, si bule minta untuk
singgah terlebih dahulu di restoran, katanya dia mulai lapar. Yah, waktu itu
saya lupa bawa Snicker sih. Singkat cerita, waktu di restoran itu saya dan
teman saya ngajak ngobrol bule itu make bahasa Inggris, yah sekalian mau
ngasah-ngasah bahasa Inggris yang udah lama gak dipake. Dia pun juga meladeni
obrolan kita dengan bahasa Inggris yang tentu saja lancar kayak berselancar di
lantai es. Sesekali saya juga ngajak ngobrol teman saya tadi, tapi tentu saja
make bahasa Indonesia. Apalagi ada beberapa obrolan yang sifatnya agak pribadi
sehingga saya makenya bahasa Indonesia, dengan pikiran si bule gak bakal paham
apa yang sedang diomongin, hahaha. Belum lagi si bule juga terkesan santai dan
tidak memberikan perhatian ketika kami ngobrol pake bahasa Indonesia. Semakin
menguatkan dugaan awal saya kalo si doi gak tau apa yang sedang kami omongin.
Eh tapi ternyata, setelah kami
selesai makan kemudian menuju ke hotel dan tidak lama kemudian menuju ke lokasi
pelaksanaan kegiatan, ada kejadian yang gak terduga dan bikin saya sempat
mengutuki diri sendiri. Waktu itu, saya dan teman saya, bersama dengan si bule
tersebut sedang menuju ke lokasi acara menggunakan mobil yang kami sewa beserta
sopirnya. Dalam perjalanan si sopir mengambil jalan pintas melewati gang-gang
kecil untuk memperpendek jarak tempuh. Saya dan teman saya sedang ngobrol
dengan sopir mengenai jalan yang kami ambil tersebut, eh tiba-tiba si bule
nyeletuk ngomong “yah, sesekali kita lewat jalan tikus ya”. Saya baru nyadar
ternyata doi paham bahasa Indonesia, bahkan ngomong make kosa kata yang
informal kayak “jalan tikus”. Duh, tak pelak saya mengutuki tindakan saya dan
teman saya yang ngomongin beberapa hal bersifat pribadi ketika di bandara,
meskipun make bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar