Beberapa hari yang lalu saya sempat ditanya oleh seorang bapak yang
baru menetap di Palangka Raya. Sebelumnya beliau tinggal di Sintang,
Kalimantan Barat, hingga akhirnya pindah kerja ke Palangka Raya,
Kalimantan Tengah. Kami mengobrol banyak hal mulai dari topik yang
ringan hingga yang agak berat. Salah satu topik yang kami bahas, yang
berawal dari pertanyaan beliau tentang minat para mahasiswa di Palangka
Raya terhadap kelompok studi. Setelah berpikir sejenak, saya menjawab
beliau bahwa -sepengetahuan saya- masih sangat sedikit adanya kelompok
studi yang dilaksanakan oleh para mahasiswa. Khusus di kampus saya,
bahkan jumlah kelompok studi mahasiswa bisa dihitung dengan jari. Hal
ini cukup memprihatinkan, setidaknya itu yang beliau katakan. Sebab
nalar kritis mahasiswa tidak jarang lahir dari kelompok-kelompok studi
seperti ini. Dengan sedikitnya kelompok studi yang ada, mahasiswa akan
kekurangan wadah untuk mengasah daya kritis mereka akan suatu hal.
Saya teringat akan perjuangan saya dahulu dengan beberapa teman saya
dalam membentuk kelompok studi. Saat saya masih mahasiswa baru, saya dan
beberapa teman saya sempat beberapa kali membuat kelompok studi. Ada
berbagai macam kelompok studi yang sempat saya cetuskan dengan teman
yang berbeda. Mulai dari kelompok studi ilmu falak, hukum, politik,
karya ilmiah, dan bahkan kelompok studi bahasa arab. Namun semua
bernasib sama, tidak ada yang bertahan lama. Alasannya pun tidak jauh
berbeda, sangat sedikit mahasiswa yang berminat untuk bergabung dengan
kelompok studi kami. Meskipun sempat berjalan selama beberapa saat,
kebosanan melanda kami dengan anggota yang hanya itu-itu saja.
Kecenderungan mahasiswa sekarang, khususnya di kampus saya, adalah
kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Bahkan untuk sekedar pergi
ke perpustakaan saja sangat sulit. Saya cukup tau tentang hal ini sebab
saya pernah bekerja paruh waktu di perpustakaan kampus saya selama satu
tahun. Perpustakaan yang cukup megah dengan koleksi buku yang lumayan
banyak, namun pengunjung khususnya mahasiswa sangat sedikit. Hanya pada
saat-saat tertentulah, seperti mengerjakan tugas atau skripsi, mereka
datang ke perpustakaan. Kondisi seperti inilah yang menjadi realita
mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Palangka Raya. Minim kelompok
studi, akhirnya minim generasi muda yang kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar