Saya sengaja tidak pernah mau menjawab secara gamblang pertanyaan
teman-teman mahasiswa baru mengenai "Bagaimana caranya bisa mendapatkan
beasiswa ke luar negeri dan mengikuti berbagai kegiatan sehingga bisa
keliling ke beberapa daerah di Indonesia". Saya lebih suka ditanya
mengenai proses yang saya tempuh sebelum saya mendapatkannya, dan
terkadang pertanyaan mereka pun saya belokkan sehingga jawaban saya
lebih banyak berbicara mengenai proses.
Mendapatkan beasiswa ke
luar negeri dan mengikuti kegiatan-kegiatan nasional di berbagai daerah
di seluruh Indonesia bukanlah sesuatu yang bisa diraih dengan satu dua
hari proses. Proses tersebut tidak terlalu sulit untuk dilewati, tapi
juga tidak terlalu mudah untuk dilakukan. Terkadang kita tidak ingin
berproses dan hanya ingin sesuatu yang instan, sehingga kerap kali
bertanya sesuatu yang langsung to the point "bagaimana caranya" atau
"apa tipsnya". Seringkali pertanyaan tersebut saya jawab simpel "caranya
adalah mendaftarkan diri". Ya, simpel. Cuma mendaftarkan diri untuk
mendapatkan beasiswa tersebut. Namun proses untuk mendapatkannya tidak
sesimpel itu.
Beasiswa ke luar negeri adalah suatu raihan yang
prestisius namun tidak gratis alias ada harganya. Ya, ada harganya.
Harga disini bukanlah sesuatu yang berbentuk materi atau uang. Yang
dimaksud harga disini adalah semangat, keberanian dan pengorbanan.
Semangat untuk selalu berusaha memperbaiki diri, berani untuk
mendaftarkan diri, berani untuk berbeda, berani untuk ditertawakan
karena cita-cita yang begitu tinggi, serta pengorbanan akan waktu,
tenaga, dan pikiran. Di saat orang lain menghabiskan waktunya untuk
foya-foya, jalan-jalan, nongkrong, main game, atau berpacaran, kita
harus berani mengorbankan waktu kita yang berharga untuk membaca buku,
berdiskusi, meningkatkan kemampuan bahasa asing, meningkatkan kemampuan
menulis, mengikuti kegiatan-kegiatan positif, berorganisasi, mencari
informasi beasiswa, dan mendaftarkan diri di setiap kesempatan beasiswa
yang ditawarkan.
Pejuang beasiswa juga harus memiliki semangat
tinggi dan pantang menyerah. Pantang menyerah ketika gagal meraih
beasiswa ke luar negeri dalam kesempatan pertama, kedua, dan ketiga.
Persaingan untuk mendapat beasiswa ke luar negeri itu cukup sengit,
kadang-kadang kuota yang ditawarkan tidak sebanding dengan jumlah
pendaftar. Sebagai contoh, untuk beasiswa UNAOC-EF Summer School tahun
2014 saja tidak kurang dari 120.000 pendaftar bertarung untuk
mendapatkan 75 kursi beasiswa kuliah musim panas di Amerika Serikat.
Untuk beasiswa Fostering ASEAN Future Leaders 2014 di Korea Selatan, ada
ratusan mahasiswa Indonesia berjuang mendapatkan 4 kuota untuk
Indonesia beasiswa belajar di Daejeon University, Korea Selatan. So,
bagi pejuang beasiswa gagal adalah hal biasa. Yang tidak biasa adalah
ketika kita mampu terus bangkit, memperbaiki diri kita, dan mencoba
mendaftarkan diri kembali pada kesempatan beasiswa selanjutnya.
Saya pernah bertemu dengan seseorang yang mengalami puluhan kali
kegagalan dalam mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Namun ia pantang
menyerah, hingga akhirnya dia mampu terbang ke beberapa negara seperti
Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Italia, dan Swiss untuk mengikuti
pertukaran mahasiswa atau konferensi pemuda. Namun di balik semangat
pantang menyerah tersebut juga harus disertai semangat memperbaiki diri
(kemampuan akademik, kemampuan leadership, pengalaman, dan penguasaan
bahasa asing).
Pihak penyelenggara beasiswa ke luar negeri tidak
akan memberikan tiket gratis kepada sembarang orang. Hanya sosok-sosok
yang sesuai kriteria mereka sajalah yang akan diberikan beasiswa ke luar
negeri. Namun umumnya, sosok yang mereka cari adalah yang memiliki
catatan akademik bagus, memiliki kemampuan leadership yang bagus,
memiliki pengalaman yang cukup banyak, menguasai bidang yang mereka
tawarkan (sebagai contoh, apabila yang ditawarkan adalah beasiswa untuk
belajar mengenai pluralisme maka yang akan dipilih adalah orang-orang
yang memahami tentang pluralisme), memiliki kemampuan menulis yang
bagus, dan menguasai bahasa asing yang akan digunakan.
Hal
terakhir yang ingin saya sampaikan kepada kawan-kawan semua adalah,
terpilih mendapatkan beasiswa ke luar negeri bukan karena keberuntungan,
tapi karena kemampuan.
So, tunggu apa lagi ?
Kembangkan kemampuan kita dan raih beasiswa ke luar negeri!!!
Ahmad Rafuan.
7 September 2014.